Rabu, 05 Januari 2011

Pemilu 2014 Milik Para Capres Perempuan

Polhukam
Muhammad Saifullah - Okezone

Ilustrasi. Ani Yudhoyono yang disebut-sebut bakal jadi Capres di 2014 (Foto: Setneg)
JAKARTA - Ajang Pemilihan Presiden 2014 mendatang diprediksi akan diramaikan oleh sejumlah calon presiden (capres) perempuan. Sederet nama seperti Ani Yudhoyono, Sri Mulyani, dan Puan Maharani digadang-gadang akan turut serta dalam bursa tersebut.

Pengamat politik LIPI Siti Zuhro membenarkan bahwa Pilpres 2014 bisa menjadi tahun milik para capres perempuan. Menurutnya, sudah saatnya kaum hawa berpartisipasi meramaikan bursa pencapresan. Situasi ini didukung dengan jumlah pemilih di Indonesia yang mayoritas kaum hawa. “2014 perempuan sudah mulai masuk ke ranah RI 1 dan RI 2,” ujarnya kepada okezone di Jakarta, Rabu (5/1/2011).

Menurut Siti, pengarusutamaan perempuan dalam politik dimulai sejak 1999 silam. Saat itu wacana pemberian akses perempuan ke ranah politik telah didengungkan. Hasilnya pada Pemilu 2004 ada kuota 30 persen perempuan di parlemen. Dari sisi jumlah, pada 1999 jumlah perempuan di parlemen hanya sekira 9 persen. Jumlah ini naik signifikan menjadi 11 persen pada 2004 dan hampir 19 persen pada 2009.

“Saya melihat 2009 menjadi tahun kemunculan perempuan Indonesia di bidang politik. Dari aspek kualitas memang belum fenomenal tapi lumayan memberikan penyadaran bahwa perempuan bisa mendapatkan akses ke politik dan pemerintahan,” ujarnya.

Secara perlahan tapi pasti sejak 2005 juga mulai bermunculan kepala daerah perempuan. Baik di level kabupaten, kota, maupun provinsi. Sehingga tidak menutup kemungkinan pada Pilpres 2014 mendatang banyak perempuan yang akan ikut berpartisipasi.

Kendati demikian, Siti berharap para Srikandi yang akan berlaga di Pilpres tak hanya sekadar turut meramaikan, tapi juga bisa mewarnai bursa pemilihan pemimpin Republik ini. Syarat rekam jejak yang baik serta kapabilitas juga harus dipenuhi agar layak tanding. “Tampilnya harus betul-betul berkualitas, istilahnya, signifikan perannya, perempuan harus begitu, tak sekadar pelengkap,” ungkapnya.

Dia mencontohkan, beberapa perempuan telah terbukti berhasil memimpin negaranya. Seperti Margaret Thatcher di Inggris dan Indira Gandhi di India. Menurut Siti, salah satu kelebihan pemimpin perempuan adalah persepsi mereka terhadap jabatan. Bagi para perempuan, jabatan adalah sebuah amanat yang harus diemban. “Dengan sepenuh hati seperti menjalankan perannya mengatur rumah tangga,” ungkapnya.

Rekam jejak yang baik, popularitas, serta kapabilitas saja, bagi Siti, belum cukup sebagai bekal maju sosok Srikandi di bursa pemilihan presiden. Masih diperlukan jam terbang yang tinggi terutama di kancah regional dan internasional. Sehingga bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan para pemimpin negara lain di pergaulan internasional.(ful)(mbs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar