Sabtu, 17 Januari 2009

SBY Perkuat Dukungan dari Partai Tengah

R Ferdian Andi R

76537INILAH.COM, Jakarta – Dua partai pendukung SBY dalam Pilpres 2004, PPP dan PBB, kembali mencalonkan figur Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu untuk menjadi Capres 2009-2014. Tampaknya, selama empat tahun berperan di Kabinet Indonesia Bersatu, elit partai tengah merasa nyaman dengan kepemimpinan SBY.


Peneliti LIPI Siti Zuhro menilai dukungan itu merupakan sikap politik yang wajar-wajar saja. Bagi SBY sendiri, penting untuk memastikan dukungan dari kalangan partai tengah, terutama yang kini terlibat di pemerintahannya.

“SBY sedini mungkin memastikan dukungan dari partai tengah untuk memperkuat posisinya ketika tampil kembali dalam Pilpres 2009,” ujar Siti kepada INILAH.COM, Jumat (16/1) di Jakarta. Berikut ini wawancara lengkapnya:


Partai tengah yang kini menjadi terlibat di kabinet SBY, sejak dini telah menegaskan untuk kembali mendukung SBY dalam Pilpres 2009. Apakah ini indikasi betapa kuat SBY dalam mengindoktrinasi para menterinya atau sekadar sikap partai tengah tersebut?

Kedua-keduanya. Kecenderungannya, dalam banyak hal incumbent punya peluang besar untuk menggunakan apa pun. Di era Soeharto dapat digunakan secara efektif mulai desa sampai nasional, saat ini bisa jadi kemungkinannya akan seperti itu. Kekuatan birokrasi akan digunakan oleh partai penguasa.

Beberapa partai menengah tadi mengikuti dinamika politik terakhir, terutama menjelang pemilu. Termasuk hasil survei yang menunjukkan SBY masih terbaik. Karena memang rivalnya tidak cukup kreatif membuat terobosan yang dinanti oleh masyarakat, terutama harapan akan munculnya pemimpin alternatif.


Artinya, peluang capres alternatif sulit muncul di lapis partai tengah?

Diantisipasi seperti itu. Jadi mereka tidak mau kehilangan kekuasaan, makanya diantisipasi sedini mungkin sebelum munculnya capres alternatif. Ini memang hitung-hitungan politik yang perlu ketajaman berdasar pada fenomena riil bahwa SBY saat ini memang lebih diminati dibandingkan tokoh lainnya. Makanya, SBY mengalang sekuat tenaga dengan menghimpun partai kelas menengah agar establish. Ini semacam langkah memantapkan dukungan SBY.


Bagaimana dengan kompensasi politik antara elit partai tengah dengan SBY, baik itu politik maupun hukum, sehingga pagi-pagi mereka menjagokan SBY?

Jadi hitungan politik tadi dilakukan dengan konsensi. Siapa mendapat apa. Dalam politik selalu seperti itu. Dalam konteks pemilu ini, kelihatan sekali, SBY sedang menggalang kepastian dengan melakukan konsensi-konsensi juga. SBY sudah mulai menghitung plus minus, untung ruginya berkoalisi dengan siapa. Basis dukungan partai utamanya siapa. Karena memang waktunya agak cepat pilpresnya, jadi tidak terlalu banyak waktu.


Jadi memang sulit berharap munculnya capres alternatif di level partai tengah ini?

Bisa saja capres alternatif muncul dari capres tengah, kalau memang bisa melampaui apa yang ditawarkan SBY. Ini semuanya tentatif. Tapi SBY ingin yang tentatif ini lebih firm dan establish.

Tidak tertutup kemungkinan muncul calon lain dari capres tengah, karena ada pihak yang merasa kecewa banaget. Soliditas partai tengah mulai goyah dengan iming-iming kontrak baru. Dalam politik, antara uang dan kekuasaan selalu berhimpit.


Tapi selama empat tahun terakhir ini, apakah memang anggota cabinet ‘dienakkan’ oleh SBY, sehingga implikasinya pagi-pagi mereka mendukung SBY?

Itulah cara SBY menjinakkan lawan politiknya, sehingga lawan percaya, tidak punya pilihan lain. Karena focus parpol dan politisi hanya kepentingan dan kekuasaan. Selama tuntutan mereka dipenuhi, konsensi terjadi, kalkuasi politik jelas, maka akan seperti itu hasilnya. [P1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar