Jumat, 16 Januari 2009

Politisi Kita Mabuk Kekuasaan?

Pemilu 2009 - R Ferdian Andi R


Susilo Bambang Yudhoyono[inilah.com/Raya Abdullah]

INILAH.COM, JakartaDikenyam sekali, ketagihan seterusnya. Begitulah sifat kekuasaan. Maka tak mengherankan bila politisi yang hidup di pusat kekuasaan berambisi mempertahankannya sekuat tenaga. Dengan cara apa pun termasuk bila harus meninggalkan partai yang membesarkannya.

Nikmatnya kekuasaan selama hampir lima tahun di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, bagi sebagian menteri, sulit dilepaskan begitu saja. Mereka ingin berlanjut hingga 2014. Menariknya, menteri-menteri yang kepincut dengan pesona SBY adalah mereka berlatar belakang para petinggi partai politik.

Sebut saja Ketua MPP DPP PPP Bachtiar Chamsyah (Menteri Sosial KIB) yang pagi-pagi telah menegaskan dirinya bakal mendukung SBY untuk Pilpres 2009. Bachtiar tidak sendirian, Ketua Umum DPP PBB MS Kaban (Menteri Kehutanan KIB) juga mendukung SBY untuk lima tahun mendatang.

Di PKB juga demikian. Masuknya Sekjen DPP PKB Lukman Edy dan Ketua DPP PKB Erman Suparno di KIB juga menjadi pemulus bagi SBY untuk mendapat dukungan dari partai kaum santri tersebut. Meski hingga kini, PKB belum jelas mengusung siapa, diyakini akhir cerita dari manuver PKB seperti rencana konvensi, bakal berujung pada dukungan penuh terhadap SBY.

Kecenderungan para menteri atau partai pendukung pemerintah mendukung SBY kali kedua dalam periode 2009-2014 jelas bukanlah gratis. Konsensi politik menjadi pijakan dalam dukungan tersebut.

Menurut pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, dukungan partai tengah terhadap SBY seperti PBB, PPP, PKB dan beberapa partai politik lainnya, jelas berpijak pada hitung-hitungan politik. “Saya melihat SBY sedang menggalang kepastian dengan melakukan konsensi dengan partai politik menengah,” jelasnya kepada INILAH.COM, Jumat (16/1) di Jakarta.

Langkah cepat SBY ini, sambung Siti, penting dilakukan untuk mengantisipasi munculnya capres alternatif. Kondisi ini pula tampak ditangkap oleh elit partai tengah dengan melakukan dukungan sedini mungkin terhadap SBY dalam Pilpres 2009 mendatang. “Jadi sulit berharap capres alternatif dari partai kelas tengah, jika mereka sudah firm untuk mendukung SBY, meski tetap tergantung konsensinya,” tegasnya.

Kondisi ini juga dipengaruhi dengan popularitas dan elektabilitas SBY yang tercermin dalam survei politik terkini. Posisi SBY jauh di atas angin dari rival politiknya seperti Megawati Soekarnoputri, Sultan HB X dan tokoh lainnya. “Dengan perolehan ini, partai tengah berhitung dengan elektabilitas SBY saat ini. Apalagi, belum ada tokoh yang bisa menandingi SBY,” paparnya.

Jika merujuk beberapa peristiwa politik dan hukum yang menimpa beberapa elite partai tengah, memang sulit jika tidak menyandingkan dengan campur tangan kuasa SBY sebagai Presiden RI. Misalnya seperti kasus Muhaimin Iskandar dengan Gus Dur dalam konflik PKB. Kemenangan ada di tangan Muhaimin. Banyak tuduhan dari kalangan Gus Dur, kemenangan Muhaimin adalah bentuk intervensi dari SBY.

Ada juga MS Kaban. Dia sempat berkali-kali bertandang ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan aliran dana BI sebesar Rp 31,5 miliar ke sejumlah anggota DPR periode 1999-2004. Ini terkait dengan dirinya sebagai anggota Komisi IX DPR.

Hingga kini, kasus Kaban tak lagi ramai diperbincangkan. Meski, untuk dua kasus tersebut, sulit membuktikan keterlibatan campur tangan SBY atas ‘kemenangan’ para pendukungnya.

Siti yakin, fenomena dukungan secara dini terhadap SBY oleh elit partai tengah tak terlepas dari upaya penjinakkan SBY terhadap elit partai di level ini. Apalagi, kata Siti, partai politik dan elite partai hanya memikirkan kepentingan dan kekuasaan. “Selama dipenuhi, konsensi jelas, maka akan seperti itu,” tegasnya.

Kepincutnya para elit partai tengah bukan tanpa soal. Di internal partai tengah kini terjadi riuh rendah yang berpotensi konflik menajam. Seperti Suryadharma Ali dan Bachtiar Chamsyah di PPP, dan Yusri Ihza Mahendra dengan MS Kaban. Mereka berbeda pendapat dalam soal kepemimpinan nasional dalam Pilpres 2009 ini. Jika demikian terus berlanjut, sandera SBY bakal memakan korban! [I4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar