Selasa, 19 Juli 2011

Dikecam, Sri Mulyani Remehkan Partai Islam

JAKARTA, HALUAN— Pe­ngamat politik LIPI Siti Zuhro menyayangkan pernyataan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengatakan mayoritas umat Islam di In­donesia lebih memilih partai beraliran nasionalis tanpa disertai analisa data.

Seharusnya Sri Mulyani membedah data perolehan partai nasionalis dan partai agamis di setiap pemilu sejak 1955 hingga 2009. Dengan demikian bisa terlihat jelas bagaimana konfigurasinya. “Dia (Sri Mulyani, red) kan tokoh, mestinya ada landasanya bukan statement kosong,” Siti Zuhro, Senin (18/7).

Menurut Siti, bukan hanya partai Islam, partai berasas nasionalis juga banyak yang tidak diminati oleh rakyat Indonesia. Dari puluhan partai yang ada di Indonesia mayoritas partai nasionalis namun yang mendapat dukungan hanya segelintir.

Hal ini menunjukkan bah­wa ideologi bukanlah persoalan bagi pemilih Indonesia. Me­lainkan didasarkan kepada ketokohan, program dan in­tegritas. “Sama partai yang baru berdiri pasca reformasi partai tidak semua besar ada yang lebih menjadi partai menengah seperti PAN dan PKB,” paparnya.

Seperti diberitakan, dalam wawancara khusus dengan wartawan Charlie Rose yang disiarkan Bloomberg TV, pada 5 Juli 2011, yang transkrip wawancaranya dimuat di Sri­mul­yani.Net, Sri Mulyani mengatakan bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia lebih memilih partai beraliran nasi­onalis.


Ambil Jarak

Terpisah, Bendahara Umum Partai Keadilan Se­jahtera (PKS), Mahfudz Ab­durrahman me­ngatakan, per­nyataan Sri Mul­yani bisa ber­dampak negatif bagi direk­tur pelaksana World Bank tersebut.

“Saya tidak tahu arahnya itu kemana? Tapi jika statement Sri Mulyani soal eksistensi partai Islam, itu jelas ber­pengaruh (Pilpres 2014, red),” ujar Mahfudz Ab­durrahman.

Anggota Komisi VI DPR ini menilai pernyataan Sri Mulyani tentang partai berbasis agama di Indonesia tidak diminati oleh mayoritas rakyat tidaklah benar.

Menurutnya, soal partai berbasis agama di Indonesia tidak diminati atau diminati masih relatif. “Itu terkait internal partai Islam sendiri. Ini tantangan partai Islam menyajikan pro­gram-program kepentingan masyarakat bukan hanya soal slogan saja,” papar­nya. (d/inc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar