Kamis, 20 Mei 2010

Pertaruhan Demokrasi

R Siti Zuhro

Ahli Peneliti Utama LIPI

Cerita sukses Partai Demokrat (PD) dan prestasi monumental . yang diukirnya bisa menjadi role model kepartaian di Indonesia. Sebagai partai yangrelatif muda, SBY tidak saja mampu memperlihatkan kekuatan dan karismakepemimpinannya yang dinilai santun, melainkan juga berhasil mencitrakan partainya yang relatif bersih, aspiratif, dan demokratis. Persoalannya adalah apakah persepsi publik tersebut dapat terus dipertahankan PD di masa mendatang tanpa SBY?

Mencari ikon baru

Berbeda dengan kongres sebelumnya, Kongres PD II yang akan berlangsung pada21-23 Mei 2010 bisa menjadi momentum pertaruhan yang menentukan nasib partai tersebut ke depan. Dengan dua kali masa jabatan, SBY tak mungkin dicalonkan sebagai capres 2014.

Meskipun hal tersebut tak dengan sendirinya menghentikan aktivitas politik SBY, PD tak mungkin bergantung terus pada SBY. Regenerasi bukan saja sebuah keniscayaan, tapi juga diperlukan untuk memperoleh ikon baru PD yang legitimate dan mampu menafsirkan pemikiran besar pendiri utamanya tersebut.Di tengah persaingan antarpartai yang makin ketat, PD termasuk lamban dalam mempersiapkan nakhoda barunya". Padahal, posisi tersebut jelas sangat strategis dan membe-rikan peluang lebih besar dalam membangun popularitas dan elektabilitas.

Intervensi SBY

Lahirnya kepemimpinan baru yang kuat dalam PD amat tergantung dari kemampuan peserta kongres dalam memilih tokoh yang tepat yang.tidak didasarkan atas pertimbangan kepentingan sempit kelompok tertentu. Kegagalan dalam menentukan pilihan tersebut bukan tidak mungkin berakibat fatal dan kembali menjadikan PD sebagai partai menengah.Dengan sistem, pemilihan langsung, bebas, dan rahasia, suara rakyat tak lagi bisa dipermainkan dengan dagelan politik karena dengan mudahnya suara tersebut bisa beralih ke partai lain. Apalagi ideologi politik sebagian besar partai secara relatif tak menunjukkan perbedaan signifikan.

Salah satu persoalan krusial yang akan menjadi sorotan besar publik pada Kongres PD II adalah apakah SBY akan menggunakan kekuasaannya dalam proses kontestasi suksesi kepemimpinan PD. Pertanyaan ini penting untuk dijawab atau setidaknya diklarifikasi, terutama, karena adanya keterlibatan Ibas, putranya, yang mendukung kandidat tertentu. Sebagai tokoh yang tak tertandingi dalam partainya, hal itu bisa saja dilakukan SBY. Tetapi, bila itu terjadi, risiko politik yang akan ditanggungnya bersama PD tentu tak bisa dianggap sepele.Bagi SBY, klarifikasi yang menyebutkan keterlibatan putranya sebagai pendukung utama kandidat tertentu murni sebagai pilihan dan hak asasi putranya sebagai kader partaijelas tidak cukup. Persoalannya karena rumor yang berkembang telah telanjur menghakiminya sebagai bentuk intervensi dan restu SBY pada kandidat tertentu.

Meskipun sejatinya hal tersebut bukan merupakan karakter SBY, rumor itu tak mudah ditepis. Bahkan, juga di kalangan kader PD itu sendiri. Demi menjaga reputasi PD pun, tak bisa tidak, para penyelenggara, peserta kongres, dan calon kandidat ketua umum harus bisa memperlihatkan kontestasi suksesi kepemimpinan PD secara cantik, fair play, dan demokratis.Selain money politics, tantangan terberat yang dihadapi banyak partai di Indonesia adalah bagaimana melepaskan diri dari trade mark partai ke-dinastian. Meskipun hal itu. juga masih ditemui di banyak negara, termasuk di negara maju, fakta menunjukkan bahwa publik cenderung lebih melihat kepemimpinan seseorang dari perspektif achievement ketimbang keturunan.

Di era kebebasan seperti saat ini, tokoh yang tak mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam memimpin akan tergusur sendirinya. Lepas dari itu, kasus Indonesia menunjukkan masalah kualitas kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan partainya.Hal ini tidak berarti bahwa faktor kemodernan organisasi partai tidak penting. Tanpa menafikan hal tersebut, keberhasilan PD pada Pemilu 2004 yang dipersiapkan sekitar 3 tahun sangat dipengaruhi oleh kekuatan kepemimpinan yang dimiliki SBY. Lepas dari berbagai kekurangannya, kepemimpinan SBY yang dinilaitenang, santun, perhatian, dan demokratis bisa jadi mendekati tipe kepemimpinan ideal yang dipersepsikan rakyat.

Ketenangan dan kesantunan dipandang sangat penting karena hal tersebut menunjukkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengontrol dan menguasai dirinya. Sebagai pengayom dan penyejuk rakyat, SBY juga mampu menunjukkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang berhati-hati dalam membuat pernyataan. Ciri kepemimpinan ideal ini penting karena pemimpin yang gegabah dalam membuat pernyataan hanya akan membuatnya sebagai tokoh kontroversial yang menimbulkan Tantangan terberat lain yang dihadapi PD dalam memilih pemimpin yang ideal adalah menguatnya pragmatisme politik. Dalam banyak hal, termasuk dalam kontesta-si/suksesi, elite politik acap kali terperangkap dan menjadikan partai sebagai ajang pertarungan kepentingan jangka pendek.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penting bagi peserta Kongres PD untuk mempelajari track record masing-masing kandidat ketua umum partai. Selain pengalaman berorganisasi dan kecerdasan intelektual, yang juga penting untuk diperhatikan adalah keterujian tingkat elektabilitasnya.Di bawah sistem politik yang mengedepankan pemilihan langsung, faktor elektabilitas ini perlu menjadi pertimbangan kuat. Masalahnya, tingkat elektabilitas tak selalu berkorelasi positif dengan popularitas. Fakta juga menunjukkan tak sedikit tokoh populer yang elektabilitasnya rendah. Selamat berkongres.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar