Sabtu, 22 November 2008

"Quick Count" Dituding Membingungkan Rakyat

Peneliti LIPI Siti Zuhro, Koordinator JPPR Jerry Sumampow, dosen FISIP UI Valina Singka dan fungsionaris PDI-P Firman Jaya Daeli (kanan ke kiri) dalam Seminar Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) bertajuk 'Belajar dari Pilkada Langsung Menuju Pemilu 2009' di Hotel Acacia Jakarta, Sabtu (22/11).



JAKARTA,SABTU - Banyaknya lembaga survei yang melakukan penghitungan cepat (quick count) terhadap hasil pilkada atau pemilu berpotensi besar membingungkan rakyat.

Hal itu diungkapkan peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro dalam Seminar Nasional 10 Tahun Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) bertajuk 'Belajar dari Pilkada Langsung menuju Pemilu 2009' di Hotel Acacia Jakarta, Sabtu (22/11).

"Iya, Jatim membuktikan dengan sangat jelas dan secara kuat membuktikan quick count itu membingungkan rakyat. Kalau mereka (rakyat) nggak dewasa, rakyat itu bisa bunuh-bunuhan. Sense of terrorizing-nya tinggi sekali, tentara saja (kemarin) sampai turun," tutur Siti.

Siti menyayangkan banyaknya lembaga survei seperti itu yang bertebaran sepanjang pilkada berlangsung. Tak ada yang dapat menjamin bahwa lembaga survei tersebut independen dari kepentingan bisnis tertentu.

Siti menyebutkan keuntungan survei seperti itu mencapai miliaran rupiah. Belum lagi jika terkait dengan kepentingan politik tertentu. "Oleh karena itu, test case seperti itu jangan dicoba-coba secara nasional," tandas Siti.

Siti menekankan pentingnya sosialisasi dan pengumuman bahwa hasil perhitungan cepat tak selamanya benar. Harus ada keterbukaan yang dibangun oleh lembaga-lembaga survei tersebut.

Caroline Damanik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar