Kamis, 22 April 2010

JELANG KONGRES DEMOKRAT: Energi Muda dan Kemauan Lepas dari Pengkultusan Cikeas

Laporan: Aldi Gultom




Jakarta, RMOL. Tidak dapat dibantah, Cikeas adalah faktor penting dalam sejarah berdirinya Partai Demokrat disamping faktor yang lainnya. Kediaman Ketua Dewan Pembina, Susilo Bambang Yudhoyono, itu disebut-sebut sebagai tempat awal sejarah perjuangan Partai Demokrat dimulai.

Partai Demokrat didirikan atas inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahannya pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001. Demokrat akhirnya didaftarkan ke Deparetemen Kehakiman dan HAM pada September 2001. Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.

Cikeas adalah tepat awal komitmen untuk menjadikan partai yang usianya tak lebih dari 10 tahun tapi bisa mewujud sebagai partai menengah menuju ke partai terbesar. Suara 7,5 persen pada pemilu legislatif pertamanya tahun 2004 dianggap banyak kalangan sebagai prestasi dan kemajuan luar biasa yang jarang dimiliki partai politik lain di Indonesia.

Memang kurang dari 10 persen, tetapi perolehan itu dapat menjadikan SBY sebagai Presiden hasil Pemilu Presiden langsung pertama di bawah kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Rakyat Merdeka Online, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, mengatakan meskipun berusia muda, Partai Demokrat diakui memiliki kemajuan fundamental yang cepat. Sebagai partai baru muncul dan dideklarasikan untuk Pemilu 2004, Demokrat mampu menjadi partai menengah dari hasil pemilihan 2004. Dan di 2009, menjadi partai terbesar.

Kini, tugas besar yang harus dilakukan Demokrat bila ingin menjadi tetap di hati rakyat, ia harus mampu memanajerial dan memunculkan kader baru. Siti menganjurkan Demokrat membangun paradigma baru untuk lebih modern, memunculkan kader berkualitas, transformatif. dan tidak berpikir secara internal saja tetapi mengantisipasi persaingan secara baik dengan partai lain.

Di usia muda yang masih membutuhkan kawalan Dewan Pembina, peran SBY memang tak bisa enyah sama sekali. Menurut Siti, di titik ini yang menjadi masalah. SBY harus bersikap sebagai seorang pemimpin sejati yakni mempersiapkan siapa pengganti yang lebih baik dari dirinya.

Siti juga mengingatkan SBY untuk selalu waspada akan kelompok-kelompok yang selalu mengkultuskan ketokohannya. Kelompok ini kemungkinan besar hanya memuja-muji SBY hanya untuk keuntungan kelompoknya.

"Golongan ini yang ingin amankan posisinya. Orang yang dikultuskan harus cerdas. Nanti Demokrat ternyata sibuk sendiri secara internal dengan prosesi kultus itu dan akan selesai di kultus individu," tandas Siti Zuhro.

Pengamat Politik Universitas Indonesia Boni Hargens, pernah mengatakan, kendati pemilihan ketua umum pada kongres yang akan digelar Mei mendatang di Bandung, Jawa Barat, oleh DPC dan DPD yang memiliki hak suara, namun faktor dukungan SBY ikut menentukan.

"Bagaimana pun faktor pilihan SBY ikut berperan," ujar Boni.

Boni mengatakan, dalam menentukan pilihannya, SBY akan melihat tiga hal dari para kandidat ketua umum yakni nasionalisme, tradisionalisme, dan paternalisme.

Berkaitan nasionalisme, SBY, Boni menjelaskan, tentunya akan mencari figur pemersatu. Sedangkan untuk tradisional, SBY akan mengutamakan calon dari Jawa karena pertimbangan loyalitas. Sementara berkaitan dengan paternalisme, faktor usia calon sangat menentukan.

Sebenarnya, ada satu isu lagi yang sempat hangat pada akhir tahun lalu. Unsur nepotisme dan pengkultusan keluarga Cikeas yang terasa kental di Demokrat diyakini akan membuka peluang keluarga Cikeas menjabat kursi pimpinan tertinggi di Demokrat pada kongres ke II mendatang. Namun, untungnya isu cepat-cepat dibantah.

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Ahmad Mubarok mengatakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat SBY diyakini tidak mengizinkan Ani Yudhoyono ikut bertarung dalam perebutan kursi ketua umum dalam Kongres mendatang. Sebab, dikhawatirkan akan memberi ke­san ada nepotisme. Padahal, kader Partai Demokrat sangat berharap agar Ani Yudhoyono dapat menggantikan Hadi Utomo. Sementara jauh-jauh hari sebelumnya, Hadi Utomo sudah menegaskan dirinya tidak maju lagi dengan alasan faktor usia.[ald]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar