Sabtu, 18 Juli 2009

Golkar Terpuruk Jika Gabung ke SBY

JAKARTA -- Pengamat politik R Siti Zuhro mengatakan, jika Partai Golkar memutuskan bergabung dalam koalisi yang mendukung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), maka partai ini akan terpuruk. "Sudah saatnya Golkar tidak tergoda kekuasan yang menggoda. Golkar harus mencapai cita-cita yang lebih luhur. Kalaupun SBY mengambil kader Golkar, sebaiknya tidak atas nama Golkar," kata peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu di Jakarta, Jumat (17/7).

Ia mengakui kondisi yang dialami Golkar saat ini sangat sulit, seperti mendayung di antara dua karang besar. "Golkar berada di persimpangan jalan antara menentukan akan merapat ke SBY atau menjadi oposisi di parlemen. Ini menjadi pilihan sulit, namun berdasarkan pertimbangan saya, Golkar harusnya menjadi pencatat sejarah dengan memilih oposisi. Ini agar ia dihormati ke depan," kata peneliti The Habibie Center itu.

Ke depan, kata Siti Zuhro, Golkar harus menyiapkan langkah yang cerdas dan tangkas sebagai agenda serius untuk mengembalikan kejayaan Golkar. "Golkar harus mampu menggunakan semaksimal mungkin kedigdayaan dan kekuatan yang dimiliki tanpa mempertentangkan dikotomi tua dan muda. Sudah saatnya regenerasi di Golkar lebih mengedepankan pengarustamaan gender karena 58 persen pemilih, adalah perempuan," katanya.

Siti Zuhro mengatakan, Golkar mestinya menjadi obor bahwa saat ini eranya gender. Golkar harus mampu menjadi contoh yang baik dalam melakukan regenerasi. Ia mengakui, oposisi memang tidak memiliki payung hukum yang kuat. Selama ini negara Indonesia dibangun dengan filosofi harmoni. Filosofi harmoni itu merupakan nilai-nilai keindonesiaan. "Namun kita telah memiliki kesepakatan akan menjalankan demokrasi. Kita sepakat dengan demokrasi yang universal meski kita tetap menghargai nilai-nilai luhur sebagai satu bangsa. Demokrasi akan menjadi lumpuh dan layu tanpa oposisi," katanya.

Peneliti yang menyelesaikan PhD Ilmu Politik dari Curtin University, Perth, Australia itu melanjutkan, bangsa Indonesia sudah sepakat dalam kebebasan berasosiasi, dan penegakan hak-hak rakyat serta check and balances di parlemen terhadap pemerintahan. Selama ini, katanya, oposisi tidak membudaya di tengah-tengah bangsa Indonesia. Padahal, posisi di parlemen itu sama luhurnya dengan di pemerintahan. "Kita mestinya mensosialisasikan betapa mulianya menjadi kelompok oposisi di parlemen. Kalau kedua-duanya tidak dikuatkan bangsa ini tidak mungkin akan maju," katanya.

Menyangkut masa depan Golkar, ia mengatakan partai ini memerlukan manajer yang cedas dan tidak pro status quo. Artinya, figur pemimpin ke depan harus dari pembaharu. Alasannya, pada 2014 Indonesia membutuhkan pemimpin yang transformatif . Menurut dia, Golkar terancam bubar manakala tidak belajar dari pengalaman pahitnya. Untuk itu, Golkar mesti mengevaluasi pengalaman terpuruknya dan merumuskan langkah-langkah ke depan.

Menyangkut terpuruknya suara Golkar, Siti Zuhro mengatakan, disebabkan orang-orang yang dicalonkan di legislatif dan sebagai capres tidak siap dari awal. Semua dipersiapkan secara terburu-buru, padahal pemilu memerlukan proses yang panjang. Ia mencontohkan, Jusuf Kalla yang memiliki elektabilitas rendah namun dipaksakan tampil menjadi capres. "Belajar dari kasus ini, diperlukan kematangan elite Golkar ke depan untuk tidak hanya memikirkan kenyamanan atau keenakan sendiri," katanya. Menyangkut peluang Surya Paloh atau Aburizal Bakrie dalam musyawarah nasional (Munas) Golkar dipercepat, ia mengatakan, Aburizal Bakrie lebih berpeluang karena, menurutnya, Surya Paloh dinilai ikut bertanggung jawab atas terpuruknya JK dalam pilpres.
Aburizal, katanya, juga didukung dana yang kuat, sudah malang melintang di Golkar dan lebih diterima SBY dan Demokrat. Ia mengatakan, Aburizal yang didukung DPD II memiliki kekuatan di akar rumput. "Ical mampu merangkul semua pihak dan diperkirakan memperoleh suara yang signifikan dalam munas Golkar," katanya.

Masalahnya, kata dia, kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana mendayung di antara dua karang, antara kuat di parlemen dan kuat di pemerintahan. "Ini kondisi terberat yang dihadapi Golkar," tuturnya. ant/bur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar