Jakarta, RMOL. Mengintip Kinerja 118 Hari Kemenneg PP dan PA
Presiden SBY memberikan enam tugas penting yang menjadi program 100 hari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenneg PP dan PA).
Keempat tugas penting itu (baca tabel), menurut Menneg PP dan PA, Linda Amalia Sari Gumelar, sudah berjalan sesuai rencana.
“Program 100 hari Kemenneg PP dan PA berjalan sesuai rencana. Perjuangan justru terletak pada program kerja lima tahun mendatang. Kita akan terus bekerja keras menyukseskan program hingga tahun 2014,” katanya (lengkap baca berita: Berjalan Sesuai Rencana).
Namun berdasarkan sejumlah pemerhati anak dan perempuan meragukan keberhasilan itu. Sebab, kekerasan terhadap anak dan perempuan masih saja terjadi.
Misalnya saja, tiga anak, yakni Rafal (3), Farel (2) dan Putri Aprilia (9 bulan) ditelantarkan kedua orangtuanya di rumah kontrakan di Jalan Pulo Indah Asri, Cipondoh, Tangerang. Selama lima hari mereka ditinggalkan tanpa makan dan minum. Kemudian Baekuni alias Babe memutilasi dan menyodomi 14 anak jalanan
Selain itu, 50 anak usia antara 10-17 dipekerjakan di sebuah pabrik di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar).
Sedangkan kekerasan perempuan selalu menimpa Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Misalnya, 339 TKW dipulangkan dari Timur Tengah, 50 diantaranya membawa anak yang lahir hasil dari perkosaan. Ada juga diantara mereka mendapat penganiayaan.
Hal lainnya, kualitas hidup anak belum sesuai yang diharapkan. Soalnya, masih banyaknya anak telantar yang kehidupannya memprihatinkan.
’’Walah, masih saja terjadi kekerasan terhadap anak. Saya kira program 100 hari Kemenneg PP dan PA belum berjalan sesuai rencana,’’ ucap Ketua Bidang Immawati DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Khotimun Sutanti, kepada Rakyat Merdeka, belum lama ini.
“Memang 118 hari tidak bisa mengukur kinerja Bu Linda. Sebab waktu kami bicara dengan Bu Linda, program 100 hari masih fokus pada pengembangan program. Jadi memang belum ada program yang maksimal dan diimplementasikan,” tambahnya.
Menurut Khotimun, fenomena kekerasan terhadap perempuan dan anak akhir-akhir ini juga tidak mendapat perhatian dan proporsi yang tepat dari pemerintah. Kekerasan yang banyak menimpa perempuan sengaja diabaikan sehingga tidak menjadi perhatian publik.
Khotimun juga mengusulkan agar Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memperhatikan isu gender di kalangan mahasiswa.
“Poin yang penting dilakukan Meneg PP dan PA adalah melaksanakan pengarusutamaan gender di kampus yang merupakan basis kaum terdidik,’’ tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, harus ada revitalisasi pusat studi wanita (PSW) untuk menggarap internal kampus. Selama ini, PSW menggarap kalangan luar sementara di dalam kampus terlupakan.
‘’Biasa-biasa Saja Tuh...’’
Siti Zuhro, Pengamat Politik Dari LIPI
Kinerja 118 hari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenneg PP dan PA) yang dikomandoi Linda Amalia Sari belum terlihat langkah spektakuler.
“Biasa-biasa saja tuh, nggak ada terobosan dan langkah spektakuler,’’ ujar pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Dikatakan, belum ada langkah kongkrit yang dilaksanakan dalam memberdayakan perempuan.
“Saya tanya ke mereka (para perempuan), jawab mereka tidak mendengar program untuk memberdayakan kaumnya,” katanya.
Menurut Zuhro, penambahan Perlindungan Anak (PA) pada Menneg PP dalam KIB II ini seharusnya menjadi pemicu untuk lebih juga melindungi anak. Makanya, perlu kerja sama yang bagus dengan semua komponen, termasuk dengan kementerian lain.
“Koordinasi itu penting dengan semua komponen terkait. Sebab, Kemenneg PP dan PA perlu bantuan agar pengembangan perempuan dan perlindungan anak di daerah-daerah juga bisa dilaksanakan,” tuturnya.
Dikatakan, pelatihan yang selama ini dilakukan Kemenneg PP tidak membawa pengaruh yang cukup signifikan dalam peningkatan kualitas kaum perempuan. Sebab, perempuan masih dianggap pemain cadangan.
‘’Berjalan Sesuai Rencana’’
Linda Amalia Sari Gumelar, Menneg PP dan PA
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menneg PP dan PA), Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, enam prioritas program utama dalam 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II berjalan sesuai rencana.
“Program 100 hari Kemenneg PP dan PA berjalan sesuai rencana. Perjuangan justru terletak pada program kerja lima tahun mendatang. Kita akan terus bekerja keras menyukseskan program hingga tahun 2014,” katanya dalam konfrensi pers, di Jakarta, belum lama ini.
Dikatakan, 6 program yang tercapai itu diantaranya, konsolidasi internal dan eksternal antar pemangku kepentingan. Kemudian, penyamaan visi dan misi dengan seluruh pemangku kepentingan, Penguatan kemampuan kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG), melindungi perempuan dan anak dari tindak kekerasan, meningkatkan kualitas hidup perempuan dan perlindungan anak.
Selain itu, lanjutnya, program meningkatkan partisipasi masyarakat tentang pentingnya pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
“Langkah selanjutnya yaitu melakukan pemantauan atas implementasi dari berbagai kebijakan yang dilaksanakan para pelaku kebijakan seperti Pemerintah Daerah, terhadap pemenuhan hak perempuan dan anak atas perlindungan dari tindak kekerasan,” katanya.
Menurutnya, beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi program 100 hari kerja. Misalnya banyak pimpinan daerah yang memahami isu gender sebagai isu perempuan, bukan melihat perempuan sebagai modal sosial dan modal pembangunan yang harus ditingkatkan kualitasnya agar setara dengan laki-laki.
Selain itu, katanya, seringnya pemindahan sumber daya manusia sehubungan dengan mutasi jabatan di tingkat kabupaten dan kota tanpa mempertimbangkan kompetensi.
Dikatakan, pihaknya sudah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama dengan Mahkamah Agung, Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Selain itu, telah ditandatangani Standar Pelayanan Minimum (SPM) pada bulan Januari 2010 ini sebagai upaya perlindungan dan penanganan terhadap perempuan dan anak di tingkat kabupaten dan kota.
‘’Hasilnya Nggak Signifikan Deh...’’
Hadi Supeno, Ketua KPAI
Selama 118 hari ini Kemenneg PP dan PA belum membuahkan hasil yang maksimal dalam memberdayakan perempuan dan melindungi anak.
“Hasilnya nggak signifikan deh,’’ kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Hadi Supeno, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Dikatakan, persoalan perlidungan anak dikerjakan juga kementerian lain, bukan hanya Kemenneg PP dan PA saja. Tapi ditangani Kemensos, Kemennakertrans, Kemenkes.
“Semuanya masih berkutat di wilayah hilir saja. Tapi tidak ada solusinya,” ujarnya.
Menurutnya, untuk mengatasi masalah anak bukan hanya persoalan anggaran yang banyak, tapi ada hal yang lebih substantif terhadap perlindungan anak yaitu bagaimana melindungi anak secara sistemik.
“Mestinya negara melaksanakan pasal 28 B UUD 1945 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,’’ paparnya.
Dikatakan, KPAI saat ini sedang mendorong pemerintah agar sungguh-sungguh melindungi anak secara keseluruhan.
“Kementerian ini seharusnya mempunyai konsep tentang itu. Kemudian mewujudkan program itu secara sungguh-sungguh,” katanya.
’’Itu Tidak Sulit Baginya’’
Roostien Ilyas, Pemerhati Anak dan Perempuan
Sudah ada perbaikan yang dilakukan Kemenneg PP dan PA di bawah kepemimpinan Linda Gumelar.
Demikian disampaikan pemerhati anak dan perempuan, Roostien Ilyas, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, dalam program 100 hari Kemenneg PP dan PA tidak hanya mengurusi perempuan saja, tapi juga sudah mengurusi perlindungan anak.
“Sekarang justru terlihat terjadi perebutan kapling dengan Kemensos. Sebab, di sana juga ada perlidungan anaknya,” katanya.
Roostien mengatakan, untuk menghindari double anggaran dan bagi tugas, harus diatur kewenangannya jangan sampai bentrok dengan Depsos.
Dalam bidang perempuan, Menneg PP dan PA sudah bagus. Sebab, latar belakang Linda adalah Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani), yang membawahi banyak organisasi perempuan.
“Hanya meneruskan programnya saja, dan itu tidak sulit baginya,” tandasnya.
‘’Kita Lihat Nanti Presentasinya’’
Hasrul Azwar, Anggota Komisi VIII DPR
Secara kasat mata Kemenneg PP & PA sudah menjalankan program 100 hari dengan baik.
“Yang nyata adalah soal konsolidasi internal, sinergi antar kementerian dan juga pemerintahan daerah,” kata anggota Komisi VIII DPR, Hasrul Azwar, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Namun, kata dia, penilaian pastinya bisa diukur dalam pemaparan dalam rapat kerja dengan DPR. “Kita lihat nanti presentasinya,” katanya.
Hasrul Azwar mempunyai harapan yang besar terhadap Menneg PP dan PA, Linda Amalia Sari Gumelar, untuk memberdayakan perempuan dan anak.
“Apalagi beliau kan sudah berpengalaman di organisasi wanita. Tentunya ini merupakan modal dasar dalam bekerja,” katanya.
Memang yang menjadi kendala, lanjutnya, soal anggaran yang relatif kecil bila dibanding dengan kementerian lainnya. Namun, diyakini Menneg PP dan PA bisa inovatif dalam menjalankan tugasnya.
“DPR berupaya memperjuangkan untuk mencari solusi agar meningkatkan anggaran kementerian ini,” katanya.
‘’Dua Tahun Lagi Hasilnya Kelihatan’’
Masruchah, Anggota Komisioner Komnas Perempuan
Program 100 hari Kemenneg PP dan PA memang belum bisa dilihat dari hasil kongkritnya, tapi hanya sebatas pengenalan dan membangun pemahanan tentang perempuan dan anak.
Hal ini disampaikan anggota Komisioner Komnas Perempuan, Masruchah, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Soal konsolidasi internal dan stake holder, itu pasti sudah dilakukan. “Sebab, itu tugas teknis,” katanya.
Namun, lanjutnya, soal melindungi perempuan dan anak dari tindak kekerasan, meningkatkan kualitas hidup perempuan dan perlindungan anak, dan meningkatkan partisipasi masyarakat tentang pentingnya pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, itu baru sebuah gagasan dan ide-ide.
“Dua tahunlagi hasilnya kelihatan. Kalau sekarang hanya pondasinya saja, gagasan dan ide saja,” katanya.
Yang perlu digarisbawahi, kata dia, persoalan anggaran untuk kementerian ini relatif kecil bila dibandingkan dengan kementerian lainnya.
“Anggaran minim gara-gara Kemenneg PP dan PA ini dianggap tidak begitu penting,” katanya.
[RM]