Jumat, 14 Maret 2014

Jokowi Capres 2014, Siti Zuhro: Deklarasi Tak Mengejutkan

Peneliti LIPI R. Siti Zuhro (tengah) bersama Direktur Riset Freedom Foundation M. Nabil (kanan) dan Pengamat Politik Universitas Paramadina Herdi Sahrasad (kiri) menjadi pembicara dalam diskusi hasil survei Freedom Foundation di Jakarta, Minggu (9/3). Salah satu hasil temuan survei pada 27 Januari-26 Februari 2014 tentang elektabilitas capres pada pemilu 2014 yakni Joko Widodo (31,8), Prabowo Subianto (11,3%), Aburizal (8,3%), Jusuf Kalla (6,4%), Dahlan Iskan (5,7), Wiranto (5,7) dan Akbar Tanjung (4%) /ant
ant
Peneliti LIPI R. Siti Zuhro (tengah) bersama Direktur Riset Freedom Foundation M. Nabil (kanan) dan Pengamat Politik Universitas Paramadina Herdi Sahrasad (kiri) menjadi pembicara dalam diskusi hasil survei Freedom Foundation di Jakarta, Minggu (9/3). Salah satu hasil temuan survei pada 27 Januari-26 Februari 2014 tentang elektabilitas capres pada pemilu 2014 yakni Joko Widodo (31,8), Prabowo Subianto (11,3%), Aburizal (8,3%), Jusuf Kalla (6,4%), Dahlan Iskan (5,7), Wiranto (5,7) dan Akbar Tanjung (4%)

Fitri Sartina Dewi 
Bisnis.com
, JAKARTA - Pakar politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menyebutkan deklarasi Jokowi sebagai Capres PDIP ini bukan sebagai hal yang mengejutkan.
"Tidak mengejutkan, karena sudah diantisipasi sejak awal, dan intensitas kebersamaan Jokowi-Mega belakangan ini telah menjadi isyarat jelas," kata Siti, Jumat (14/3/2014).
Dia mengungkapkan alasan kemungkinan yang mendorong Megawati untuk mendeklarasikan Jokowi lebih awal dari waktu yang ditargetkan sebelumnya, yaitu setelah Pileg disebabkan karena PDIP ingin membendung dukungan.
"Pencapresan Jokowi ini alasan utamanya jelas untuk mendongkrak dukungan suara terhadap PDIP pada Pileg," ucapnya.
Pesaing terberat Jokowi, Prabowo Subianto diduga tengah mempersiapkan simulasi mengenai siapa nama-nama cawapres yang dapat melambungkan elektabilitas Jokowi.
"Tidak tertutup kemungkinan, Gerindra akan memasangkan Prabowo dan Ahok, tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah karakter keduanya dapat disatukan."
Adapun, mantan petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto menyampaikan harapannya kepada Jokow sebagai capres, agar ke depannya Jokowi mampu menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.
"Ya, saya harap pak Jokowi bisa tegas terhadap praktik korupsi, sebab siapapun pemimpinnya saya siap mendukung. Asalkan dia bersih dari korupsi," ujarnya.

Editor : Fatkhul Maskur

3 komentar:

  1. Ibu Siti Zuhro, saya M. Fazrurrochman, mahasiswa fikom Unpad, mau wawancara Ibu untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawancara. Apakah Ibu bersedia untuk diwawancarai?

    BalasHapus
  2. ibu siti dari tulisan diatas seperti nya ibu pendukung jokowi yah ,,,, " Ya, saya harap pak Jokowi bisa tegas terhadap praktik korupsi, sebab siapapun pemimpinnya saya siap mendukung. Asalkan dia bersih dari korupsi," ujarnya..... kalau pengamat bukan begitu caranya bu... tidak netral .. seharusnya " " Ya, saya harap pak Jokowi atau Pak Prabowo bisa tegas terhadap praktik korupsi, sebab siapapun pemimpinnya saya siap mendukung. Asalkan dia bersih dari korupsi," ujarnya.

    BalasHapus
  3. Saya cari2 twitter ibu, sayang tidak punya. Pagi ini (12 maret 2016) saya dengar dan lihat ibu di salah satu stasiun berita tv swasta menjelek-jelekkan Ahok.
    Ibu bilang Ahok marah-marah tidak sesuai Pancasila sila kedua. Marah-marahnya Ahok dapat dicontoh oleh generasi muda bahwa marah-marah adalahbhal yg wajar.
    Bu, saya dulu naik motor utk bekerja di Jakarta. Saya biasa melihat orang marah-marah di jalan, karena macet jadi di jalan sering berantem dan atau ribut. Ibu tau tidak situasi seperti itu di Jakarta? Atau ibu pura-pura tidak tau? Apakah di jaman gubernur Jakarta sebelumnya yg kalem dan santai, warga Jakarta tidak gampang marah di jalan?
    Saya bukan pendukung Ahok, tapi mendengar orang mencela Ahok dengan dasar yg emosional dan tidak banyak berpikir atau berdasar riset itu rasanya...siapa sih yg ngomong ini. Ternyata seorang Ph.D, seorang peneliti LIPI, berjilbab pula. Tapi kata-katanya penuh dengan perasaan dan tidak ilmiah. Mungkin dulu Nabi Saw dihina orang dilempari batu tidak marah. Bahkan sampai malaikat penjaganya marah beliau tetap tidak mau marah.
    Tapi mendengar ibu jilbab mengatai Ahok dengan kata-kata perasaan bukan dengan ilmiah,,,,ouh...mengecewakan.
    Seakan-akan perilaku anti korupsi tidak penting, yg penting tidak marah-marah. Mungkin seperti gubernur sebelumnya ya yang tidak marah-marah tapi...yaa teruskan sendiri lah bu.

    BalasHapus