| |
Jumat, 25 Juni 2010
PEMBATASAN PARTAI: Atmosfer Politik Bisa Lebih Stabil
Nasional Demokrat Berpeluang Tarik Sepertiga Kader Golkar
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Nasional Demokrat (Nasdem) berpeluang menarik sepertiga massa Partai Golongan Karya (Golkar). Massa yang berpindah diprediksi sebagian besar berasal dari akar rumput.
"Kalaupun akan ada yang lari ke Nasdem, persentasenya tidak akan besar. Maksimal hanya sepertiga saja yang pindah," ujar Peneliti LIPI, Siti Zuhro, di Jakarta, Kamis (24/6).
Jumlah yang tidak banyak itu disebabkan karena memang roh Partai Golkar yang cenderung bernuansa elitis dan sarat kekuasaan serta kepentingan. Syahwat berkuasa dari anggota partai itu juga masih besar sehingga agak sulit untuk bisa merakyat. Karakter itu sudah lama bercokol di partai berlambang beringin itu.
Padahal, menurut Siti, Nasdem yang diusung oleh Surya Paloh memiliki karakter yang dekat dengan rakyat. "Gayanya seperti LSM (lembaga swadaya masyarakat)," katanya. "Masih ada nilai-nilai idealisme dan kegelisahan untuk kembali menegakkan Indonesa. Sikap seperti inilah yang menarik perhatian akar rumput."
Redaktur: Budi Raharjo
Reporter: Rosyid Nurul Hakim
"Kalaupun akan ada yang lari ke Nasdem, persentasenya tidak akan besar. Maksimal hanya sepertiga saja yang pindah," ujar Peneliti LIPI, Siti Zuhro, di Jakarta, Kamis (24/6).
Jumlah yang tidak banyak itu disebabkan karena memang roh Partai Golkar yang cenderung bernuansa elitis dan sarat kekuasaan serta kepentingan. Syahwat berkuasa dari anggota partai itu juga masih besar sehingga agak sulit untuk bisa merakyat. Karakter itu sudah lama bercokol di partai berlambang beringin itu.
Padahal, menurut Siti, Nasdem yang diusung oleh Surya Paloh memiliki karakter yang dekat dengan rakyat. "Gayanya seperti LSM (lembaga swadaya masyarakat)," katanya. "Masih ada nilai-nilai idealisme dan kegelisahan untuk kembali menegakkan Indonesa. Sikap seperti inilah yang menarik perhatian akar rumput."
Redaktur: Budi Raharjo
Reporter: Rosyid Nurul Hakim
Sabtu, 19 Juni 2010
Peningkatan Parliamentary Threshold Bukan Membunuh Demokrasi
|
Selasa, 15 Juni 2010
Usulan Dana Aspirasi dan Dana Desa Akal-akalan Politisi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Usulan dana Rp 1 miliar untuk tiap desa dinilai melanggar tugas pokok dan fungsi DPR. Sama seperti usulan dana aspirasi Rp 15 miliar per anggota DPR, menurut peneliti politik dari LIPI, Siti Zuhro, usulan dana Rp 1 miliar adalah akal-akalan politisi untuk bekal Pemilu 2014. “Ini jelas untuk kepentingan 2014. Intinya anggota dewan bisa running lagi di 2014 tanpa harus mengambil dana dari kocek sendiri,” kata Siti, saat dihubungi, Senin (14/6).
Menurut Siti, DPR tidak perlu berinisiatif usulan dana-dana baru untuk daerah apalagi desa. Alasannya, terang Siti, pengembangan desa telah tercakup dalam anggaran program percepatan pembangunan daerah tertinggal (PDT). Siti menyarankan, DPR cukup membantu penambahan anggaran program PDT yang dikelola Kementerian Dalam Negeri tersebut lewat pembahasan APBN dengan Pemerintah.
Jika DPR khususnya Golkar tetap memaksakan usulan dana aspirasi dan dana desa ini, kata Siti, akan menimbulkan tumpang tindih (overlapping) kewenangan DPR. Kewenangan DPR, tegas Siti, adalah pengawasan dan pembuat regulasi, bukan pengeksekusi anggaran. “Presentase perimbangan keuangan daerah sekarang itu jomplang, yang harus dibenahi adalah politik anggaran, bukan memunculkan usulan dana baru yang dikelola oleh dewan,” tambah Siti.
Redaktur: Krisman Purwoko
Reporter: dri
Menurut Siti, DPR tidak perlu berinisiatif usulan dana-dana baru untuk daerah apalagi desa. Alasannya, terang Siti, pengembangan desa telah tercakup dalam anggaran program percepatan pembangunan daerah tertinggal (PDT). Siti menyarankan, DPR cukup membantu penambahan anggaran program PDT yang dikelola Kementerian Dalam Negeri tersebut lewat pembahasan APBN dengan Pemerintah.
Jika DPR khususnya Golkar tetap memaksakan usulan dana aspirasi dan dana desa ini, kata Siti, akan menimbulkan tumpang tindih (overlapping) kewenangan DPR. Kewenangan DPR, tegas Siti, adalah pengawasan dan pembuat regulasi, bukan pengeksekusi anggaran. “Presentase perimbangan keuangan daerah sekarang itu jomplang, yang harus dibenahi adalah politik anggaran, bukan memunculkan usulan dana baru yang dikelola oleh dewan,” tambah Siti.
Redaktur: Krisman Purwoko
Reporter: dri
Langganan:
Postingan (Atom)